Dalam gulat kompetitif, matras bukan hanya tempat bertarung; ia adalah arena yang memiliki batas-batas tegas, dan memahami Batasan Area Matras adalah kunci strategis. Kapan gerakan dianggap out of bounds (keluar dari batas) adalah salah satu keputusan wasit yang paling sering memengaruhi momentum pertandingan, terutama saat terjadi aksi take down yang eksplosif. Batasan Area Matras terdiri dari area pusat yang dikelilingi oleh pita merah atau batas yang disebut Passivity Zone atau Protection Area. Ketika pegulat keluar dari batas, wasit akan meniup peluit, menghentikan aksi, dan memberikan poin atau kerugian posisi tergantung pada siapa yang bertanggung jawab atas keluarnya gerakan.
Secara umum, Batasan Area Matras ditetapkan oleh garis batas atau zona perlindungan terluar. Gerakan dianggap out of bounds jika: (1) Kedua kaki pegulat yang berada dalam posisi berdiri sepenuhnya keluar dari zona Passivity (biasanya pita merah terluar). (2) Dalam posisi bergumul di matras, seluruh tubuh salah satu pegulat berada di luar batas. Keputusan untuk menganggap sebuah gerakan out of bounds harus dilakukan segera oleh wasit untuk menjaga keselamatan dan keadilan. Wasit Senior Gulat Internasional, Bapak Dani Kusuma, M.H., dalam briefing sebelum turnamen pada tanggal 28 November 2025, menekankan bahwa keputusan out of bounds harus konsisten, terutama dalam waktu satu detik setelah kontak pertama dengan area luar batas.
Konsekuensi dari out of bounds bervariasi. Jika gerakan keluar dari batas dilakukan saat seorang pegulat berusaha melarikan diri dari take down lawan yang sah (sering disebut fleeing the hold), pegulat tersebut dapat dikenakan sanksi passivity atau bahkan penalty point. Sebaliknya, jika pegulat penyerang berhasil melakukan kontrol dan gerakan take down dimulai di dalam batas, tetapi penyelesaiannya berakhir di luar, mereka tetap dapat diberikan dua poin jika wasit menentukan bahwa take down tersebut sudah selesai sebelum melewati batas.
Untuk menghindari kerugian poin, Pelatih Pertahanan Gulat, Coach Rizal Fadillah, S.Or., menerapkan latihan Boundary Awareness Drill setiap hari Kamis pagi. Latihan ini berlangsung selama 20 menit dan menggunakan marker tambahan di matras untuk melatih awareness spasial atlet. Pelatih sengaja mendorong atlet menuju batas untuk melatih mereka agar menggunakan Passivity Zone sebagai batas defensif, bukan area melarikan diri. Melalui pemahaman mendalam tentang Batasan Area Matras dan konsekuensinya, atlet dapat mengubah keharusan out of bounds menjadi jeda taktis yang menguntungkan, bukan blunder yang merugikan.
