Gulat, sebagai salah satu olahraga Olimpiade tertua, terus berevolusi untuk menjaga daya tarik dan memastikan keadilan kompetisi. Pada tahun-tahun terakhir, United World Wrestling (UWW) sebagai badan pengelola global, telah menerapkan serangkaian modifikasi signifikan yang bertujuan untuk mendorong aksi yang lebih agresif dan skor yang lebih tinggi. Dampak Reformasi Aturan UWW terhadap gulat telah terasa sangat mendalam, memaksa pegulat dari Gaya Bebas (Freestyle) maupun Greco-Roman untuk merombak total pendekatan teknis dan strategi bertanding mereka. Perubahan ini, terutama yang berkaitan dengan sistem skor dan hukuman pasif, kini menempatkan nilai agresivitas sebagai prioritas utama.

Salah satu perubahan krusial yang paling terasa Dampak Reformasi Aturan adalah peningkatan penalti untuk pasif. Sebelumnya, pegulat yang hanya bertahan dan enggan menyerang dapat terhindar dari hukuman serius. Namun, aturan baru kini lebih ketat, terutama di Gaya Bebas, dengan penalti skor dan kesempatan bagi lawan untuk memulai serangan par terre setelah dua peringatan pasif. Perubahan ini secara langsung memaksa pegulat untuk selalu berada dalam mode menyerang, mencari takedown (2 poin) atau mendorong lawan keluar dari zona matras (1 poin), daripada hanya menahan posisi clinch. Data statistik dari Kejuaraan Dunia 2023 menunjukkan peningkatan rata-rata takedown per pertandingan sebesar 18% dibandingkan tahun 2018, mencerminkan dorongan UWW untuk pertarungan yang lebih dinamis.

Perubahan skor juga memengaruhi ambisi pegulat. Di Greco-Roman, kemenangan mutlak (Technical Superiority) diberikan jika pegulat unggul 8 poin atau lebih, sedangkan di Gaya Bebas, ambang batasnya adalah 10 poin. Angka-angka ini mendorong pegulat untuk mencari skor besar, terutama melalui bantingan berisiko tinggi atau exposure yang berulang. Sebagai contoh, sebuah bantingan yang menghasilkan exposure dan kontrol dapat bernilai 4 atau bahkan 5 poin, jauh lebih berharga daripada hanya mendapatkan 2 poin takedown biasa. Adanya peluang skor besar ini membuat pegulat lebih berani mengambil risiko untuk melakukan teknik angkat dan lempar yang spektakuler, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas tontonan secara keseluruhan. Praktisi gulat seperti Pelatih Kepala Regional Asosiasi Pegulat Indonesia (API), Dr. Haris Pradana, pada wawancara teknis di Kamp Pelatihan Nasional pada Kamis, 14 November 2024, menegaskan bahwa timnya kini memprioritaskan latihan lift dan throw untuk memaksimalkan potensi poin dari setiap serangan, sebuah Dampak Reformasi Aturan yang mengubah total prioritas pelatihan.

Selain itu, Dampak Reformasi Aturan juga menyentuh aspek challenge dan injury time. Sistem tantangan (challenge) yang lebih ketat, di mana kegagalan tantangan akan memberikan satu poin kepada lawan, membuat tim pelatih lebih berhati-hati dalam memprotes keputusan wasit. Hal ini bertujuan untuk mempercepat aliran pertandingan dan mengurangi interupsi yang tidak perlu. Secara keseluruhan, Dampak Reformasi Aturan UWW sukses mencapai tujuannya: menghasilkan pertandingan gulat yang lebih cepat, lebih agresif, dan sarat aksi, yang sangat menarik bagi penonton modern. Pegulat yang tidak dapat beradaptasi dengan kecepatan dan tekanan skor yang baru ini akan kesulitan bersaing di level elite, menjadikan adaptasi teknis sebagai keharusan.