Di era pendidikan modern, peran guru telah berevolusi menjadi lebih dari sekadar penyampai informasi; mereka kini adalah arsitek yang merencanakan pembelajaran berpusat pada siswa, mendorong partisipasi aktif, dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Proses merencanakan pembelajaran yang demikian memungkinkan siswa menjadi subjek aktif dalam proses pendidikan mereka sendiri, bukan hanya penerima pasif. Pendekatan ini adalah kunci untuk menciptakan pengalaman belajar yang relevan, mendalam, dan berkelanjutan.
Merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa berarti guru harus memahami karakteristik, minat, gaya belajar, dan kebutuhan individual setiap peserta didiknya. Ini bukan lagi tentang “apa yang akan saya ajarkan,” melainkan “bagaimana siswa saya akan belajar.” Guru akan merancang kegiatan yang memicu rasa ingin tahu, mendorong eksplorasi, dan memfasilitasi penemuan konsep secara mandiri atau melalui kolaborasi dengan teman sebaya. Misalnya, alih-alih ceramah panjang, guru mungkin merancang proyek berbasis masalah, diskusi kelompok, simulasi, atau kunjungan lapangan virtual. Sebuah laporan dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Agustus 2024 menunjukkan bahwa sekolah yang menerapkan pembelajaran berpusat pada siswa mengalami peningkatan motivasi belajar hingga 25% dan penurunan angka bolos sekolah.
Dalam peran ini, guru bertindak sebagai fasilitator, mentor, dan pemandu. Mereka tidak hanya menyediakan materi, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung siswa untuk bertanya, bereksperimen, dan bahkan membuat kesalahan sebagai bagian dari proses belajar. Guru harus fleksibel dan adaptif, siap mengubah rencana jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang berkembang. Ini juga melibatkan penyediaan berbagai sumber belajar, baik buku, video, maupun platform digital, yang dapat diakses siswa sesuai kecepatan dan gaya belajar mereka.
Oleh karena itu, kemampuan guru untuk merencanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah kompetensi krusial di abad ini. Ini memerlukan pemikiran kreatif, pemahaman mendalam tentang pedagogi, dan komitmen untuk melihat setiap siswa sebagai individu dengan potensi unik. Dengan menjadi arsitek belajar aktif, guru tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga membekali siswa dengan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kemandirian yang sangat dibutuhkan untuk masa depan mereka.
