Isu mengenai pelajar tertinggal dalam kemampuan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung kini menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) secara lugas menyebut bahwa kondisi ini adalah salah satu dampak signifikan dari pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Fenomena pelajar tertinggal ini menimbulkan kekhawatiran serius mengenai kualitas pendidikan dan kesiapan generasi mendatang.
Masa pandemi yang mengharuskan pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah menciptakan tantangan besar. Meskipun teknologi hadir sebagai solusi, namun keterbatasan akses internet, ketersediaan perangkat, serta kurangnya interaksi langsung antara guru dan siswa menjadi hambatan besar. Banyak siswa, khususnya di jenjang sekolah dasar, kehilangan kesempatan untuk menguasai fondasi literasi dan numerasi secara optimal, sehingga menyebabkan mereka menjadi pelajar tertinggal dari target kurikulum.
Dampak learning loss ini tidak bisa diremehkan. Kemampuan dasar seperti baca, tulis, dan hitung adalah fondasi bagi semua mata pelajaran lain. Jika seorang pelajar tertinggal dalam aspek-aspek ini, akan sangat sulit baginya untuk mengikuti materi pembelajaran di jenjang yang lebih tinggi. Kondisi ini dapat menciptakan kesenjangan belajar yang semakin melebar, mempengaruhi motivasi siswa, dan berpotensi memengaruhi masa depan pendidikan mereka secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang cepat dan tepat.
Sebagai contoh, pada hari Senin, 27 Mei 2024, pukul 09.00 WIB, Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, Bapak Dr. Suryadi, dalam sebuah forum diskusi terbatas dengan para kepala sekolah, menyampaikan data bahwa hasil asesmen diagnostik pasca-pandemi memang menunjukkan adanya gap yang signifikan pada pelajar tertinggal di beberapa wilayah, terutama di daerah dengan akses internet terbatas. Beliau menegaskan bahwa program pemulihan pembelajaran adalah prioritas utama.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Kemendikbudristek telah meluncurkan berbagai program pemulihan pembelajaran, seperti penguatan literasi dan numerasi, serta penyediaan modul belajar yang lebih adaptif. Peran aktif guru dalam mengidentifikasi dan memberikan pendampingan khusus bagi siswa yang tertinggal sangatlah vital. Kolaborasi dengan orang tua juga menjadi kunci untuk memastikan dukungan belajar di rumah. Dengan upaya bersama, diharapkan pelajar tertinggal ini dapat kembali mengejar ketertinggalan dan mencapai potensi penuh mereka.
