Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menyerukan optimalisasi peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah-sekolah di Indonesia. Beliau menekankan bahwa optimalisasi peran guru BK bukan sekadar bertindak sebagai penegak disiplin dengan memberikan sanksi, melainkan lebih dari itu, yaitu sebagai pembimbing dan pendamping siswa dalam mengembangkan potensi diri secara menyeluruh. Optimalisasi peran guru BK diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan siswa secara holistik.
Dalam sebuah diskusi pendidikan yang diadakan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada hari Senin, 12 Mei 2025, Prof. Abdul Mu’ti menyampaikan keprihatinannya mengenai persepsi yang keliru tentang peran guru BK. Beliau menyoroti bahwa selama ini, guru BK seringkali hanya dipandang sebagai pihak yang bertugas memberikan hukuman atau sanksi kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah. Padahal, potensi guru BK sangat besar dalam membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan pribadi, sosial, dan akademik.
“Optimalisasi peran guru BK harus dilakukan dengan mengubah paradigma yang ada. Guru BK harus menjadi sosok yang dipercaya oleh siswa, tempat mereka bisa mencurahkan isi hati dan mendapatkan bimbingan yang konstruktif, bukan hanya ditakuti karena tugasnya menghukum,” tegas Prof. Abdul Mu’ti. Beliau menambahkan bahwa guru BK perlu memiliki kompetensi yang memadai dalam bidang psikologi konseling, komunikasi efektif, dan pemahaman tentang perkembangan remaja.
Untuk mencapai optimalisasi peran guru BK, Prof. Abdul Mu’ti mengusulkan beberapa langkah konkret, antara lain peningkatan kualitas pelatihan dan pengembangan profesional guru BK, penyediaan sumber daya dan fasilitas yang memadai untuk mendukung layanan BK, serta peningkatan kolaborasi antara guru BK dengan wali kelas, guru mata pelajaran, dan orang tua siswa. Beliau juga menekankan pentingnya perubahan persepsi di kalangan pendidik dan siswa mengenai peran strategis guru BK dalam mendukung perkembangan siswa.
Rektor Universitas Ahmad Dahlan, Prof. Dr. Muchlas, M.T., yang turut hadir dalam diskusi tersebut, menyambut baik usulan Prof. Abdul Mu’ti. Beliau menyatakan bahwa pihaknya telah memasukkan materi tentang pengembangan kompetensi guru BK dalam kurikulum pendidikan guru. “Kami berkomitmen untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya menguasai teori konseling, tetapi juga memiliki keterampilan praktis dalam membimbing dan mendampingi siswa secara efektif,” ujarnya. Dengan adanya optimalisasi peran guru BK, diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia akan semakin meningkat dan siswa dapat berkembang secara optimal.
