Di era modern, internet dan media sosial adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan siswa. Namun, dunia maya juga penuh dengan risiko, mulai dari hoaks, perundungan siber, hingga konten negatif. Oleh karena itu, mengajarkan literasi digital di sekolah menjadi sangat penting. Literasi digital bukan hanya tentang cara menggunakan teknologi, tetapi juga tentang etika, keamanan, dan tanggung jawab di dunia maya. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa literasi digital adalah fondasi yang wajib dimiliki setiap siswa dan bagaimana guru memiliki peran krusial dalam menanamkan nilai-nilai ini.

Guru memiliki peran yang sangat penting sebagai fasilitator dalam mengajarkan literasi digital. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai penyedia informasi, tetapi juga sebagai mentor yang membimbing siswa untuk menjadi warga digital yang bijak. Salah satu cara paling efektif adalah dengan mengintegrasikan pelajaran tentang literasi digital ke dalam kurikulum yang sudah ada. Misalnya, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, guru dapat mengajarkan cara membedakan berita yang kredibel dari hoaks. Di pelajaran pendidikan kewarganegaraan, guru dapat membahas etika berinteraksi di media sosial, pentingnya menghargai perbedaan pendapat, dan bahaya perundungan siber.

Selain itu, guru juga harus mengajarkan tentang keamanan daring. Siswa perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga privasi, membuat kata sandi yang kuat, dan tidak sembarangan membagikan informasi pribadi di internet. Mereka juga harus diajarkan cara mengidentifikasi situs web atau email yang mencurigakan (phishing) dan bagaimana cara melaporkannya. Pengetahuan ini adalah benteng pertahanan pertama bagi siswa dari berbagai ancaman di dunia maya.

Guru juga harus menjadi teladan yang baik di dunia digital. Dengan menunjukkan perilaku online yang positif dan bertanggung jawab, guru dapat menjadi inspirasi bagi siswa mereka. Misalnya, guru dapat menggunakan media sosial untuk hal-hal yang produktif, seperti membagikan materi pelajaran yang menarik atau mengunggah konten yang inspiratif, serta menghindari komentar negatif atau menyebarkan hoaks. Perilaku ini akan menunjukkan kepada siswa bahwa teknologi dapat digunakan untuk hal-hal yang baik.

Penerapan literasi digital di sekolah juga didukung oleh data. Sebuah laporan dari Departemen Pendidikan pada 20 November 2025 menunjukkan bahwa sekolah yang memiliki program literasi digital yang terintegrasi berhasil mengurangi kasus perundungan siber hingga 30% dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis terhadap informasi daring. Data ini menunjukkan bahwa pendidikan literasi digital memiliki dampak yang nyata dan positif. Pada akhirnya, guru memiliki peran sentral dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di era digital. Dengan mengajarkan etika, keamanan, dan tanggung jawab, guru tidak hanya mendidik siswa, tetapi juga membentuk generasi yang cerdas dan bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi.