Dalam dunia pendidikan, evaluasi formatif adalah kunci untuk tidak hanya mengukur, tetapi juga secara aktif meningkatkan pembelajaran sepanjang proses. Berbeda dengan evaluasi sumatif yang mengukur hasil akhir, evaluasi formatif berfokus pada memberikan umpan balik berkelanjutan kepada peserta didik dan guru. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa secara real-time, sehingga intervensi dapat dilakukan segera untuk memastikan pemahaman yang lebih baik.

Konsep evaluasi sering disebut sebagai “penilaian untuk pembelajaran” (assessment for learning). Ini melibatkan berbagai teknik, mulai dari pertanyaan di kelas, kuis singkat, observasi, hingga diskusi kelompok. Yang terpenting, umpan balik yang diberikan harus spesifik, tepat waktu, dan berorientasi pada tindakan. Misalnya, jika seorang siswa kesulitan memahami konsep pecahan dalam matematika, guru tidak hanya memberi nilai rendah, tetapi segera menjelaskan kembali dengan metode yang berbeda atau memberikan latihan tambahan yang ditargetkan. Pada workshop pendidikan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan pada 20 Mei 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia, seorang pakar kurikulum menekankan bahwa penggunaan exit tickets (kartu keluar) di akhir pelajaran adalah bentuk evaluasi yang sangat efektif untuk mengukur pemahaman siswa dalam waktu singkat.

Manfaat dari evaluasi formatif sangat besar, baik bagi siswa maupun guru. Bagi siswa, ini membantu mereka memahami di mana letak kesalahan mereka dan bagaimana cara memperbaikinya. Ini juga membangun rasa percaya diri karena mereka mendapatkan kesempatan untuk belajar dari kesalahan tanpa dampak nilai yang permanen. Bagi guru, evaluasi formatif memberikan wawasan berharga tentang efektivitas metode pengajaran mereka. Jika banyak siswa yang kesulitan pada poin yang sama, guru dapat menyesuaikan strategi atau penjelasan mereka di pelajaran berikutnya. Ini adalah alat diagnostik yang kuat untuk meningkatkan kualitas pengajaran.

Penerapan evaluasi formatif memerlukan lingkungan kelas yang suportif di mana siswa merasa nyaman untuk membuat kesalahan dan bertanya. Guru berperan sebagai fasilitator yang mendorong partisipasi aktif dan memberikan dorongan positif. Penggunaan teknologi, seperti aplikasi kuis interaktif atau polling daring, juga dapat mempermudah proses evaluasi formatif dan membuatnya lebih menarik bagi siswa.

Pada akhirnya, evaluasi formatif adalah investasi dalam kualitas pembelajaran. Dengan mengintegrasikannya secara rutin dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya mengukur apa yang telah dipelajari siswa, tetapi juga secara proaktif membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih dalam dan pencapaian yang lebih baik. Ini adalah fondasi bagi pembelajaran yang adaptif dan berkelanjutan.